Mikhail Kalashnikov

Mungkin kalian akrab bila mendengar AK-47, senapan otomatis berkaliber sekitar 7mm ini memang jenis senjata yang banyak diminati baik dari kalangan militer maupun teroris. Namun kalian tahu ngga siapa yang merancang senapan ini?

AK47

Mikhail Timofeevich Kalashnikov, adalah perancang senjata Rusia yang ternama. Kalashnikov dilahirkan pada tanggal 10 November 1919 dari keluarga miskin di desa Kurya, Altai bagian selatan di daerah Siberia. Ia anak bungsu dari 17 bersaudara. Sejak kecil, keinginan besarnya untuk belajar sudah mulai tampak. Demikian pula kreativitasnya. Ia juga terhitung anak yang senang membuat sesuatu dengan tangannya sendiri. Walaupun terhitung pandai, Kalashnikov tidak sempat menyelesaikan sekolahnya sampai ayahnya wafat. Ia terpaksa meninggalkan bangku Sekolah Menengah Atas di tengah jalan karena ibunya tidak mampu membiayai sekolahnya. Keadaanpun memaksa dia ikut bekerja di sebuah bengkel kereta api Turkestan-Siberia. Disinilah dia mempelajari teknik mekanik lalu menjadi sekertaris teknisi.

Pada tahun 1938 dia masuk wajib militer Tentara Merah dan menjadi komandan tank pada awal Perang Patriotik Besar dan bertugas di komando daerah khusus di Kiev Ukraina. Sejak itu ia menekuni bidang-bidang permesinan dan terus mendalami mekanisme persenjataan diantaranya adalah ahli mekanik tank. Pendidikan inilah yang menjadi modal dasarnya menciptakan beragam perlengkapan perang. Ia merancang indikator inersi untuk mencatat jumlah tembakan dari meriam tank. Lalu ia juga membuat perangkat untuk melihat efektivitas tembakan dari jendela tank. Begitu pula indikator untuk melihat kinerja mesin tank.

Kreativitas Kalashnikov dan perangkat buatannya ternyata menarik perhatian panglima komando daerah yang dijabat Jendral Georgy Zhukov. Zhukov lalu memberi hadiah sebuah jam tangan dan mengirim Kalashnikov ke Leningrad -kini St. Petersburg. Disana Kalashnikov diberi kesempatan untuk mengembangkan perangkat buatannya untuk diproduksi secara massal. Selain ­itu juga diangkat sebagai penasihat teknik untuk bidang militer, terutama untuk produk meter bahan bakar dan roda rantai kendaraan tempur.

Pada musim gugur 1941, ketika pertempuran melawan Jerman, ia diangkat menjadi komandan pasukan tank pada “Marshal Katukov’s First Tank Army” yang menggunakan tank T-34, dengan pangkat sersan senior.

Pada bulan Oktober 1941, Kalashnikov terluka parah pada pertempuran di Bryansk, kota yang berjarak sekitar 379 km di barat daya kota Moskow, dan dikirim pulang dari garis depan serta dirawat dirumah sakit. Disini ia banyak berbincang-bincang dengan sesama pasien tentara yang dirawat tentang persenjataan, diantaranya tentang keluhan perihal kurangnya senapan mesin (otomatis) pada pasukan Soviet dibandingkan dengan milik pasukan Jerman.

Atas diskusi dan keluhan dari rekan-rekan sejawatnya, Kalashnikov mulai memikirkan rancangan senapannya di rumah sakit bagi Tentara Merah. Ia mulai banyak membaca di perpustakaan rumah sakit tentang teknik senapan. Pegawai rumah sakit yang bernama Marusya meminjamkan buku dasar-dasar persenjataan yang ditulis V.G._Federov V.G. Federov yang berjudul “Evoluyutsia Strelkovogo Oruzhiya” yang diterbitkan pada tahun 1939.

Kalashnikov kemudian bergabung dengan lokakarya Institut Penerbangan Moskwa. Ketika bekerja di situ, Kalashnikov merancang beberapa inovasi untuk tank, antara lain sebuah alat penghitung jumlah tembakan. Setelah beberapa tahun, ia diangkat menjadi kepala insinyur, dan diberikan lebih banyak sumber daya.

Pada tahun 1942, tentara Merah mendirikan proyek untuk menciptakan senapan mesin yang ringan dan mudah dioperasikan. Dalam proyek ini terdapat tenaga perancang ternama yakni G.S. Shpagin, V.A. Degtyarev dan Kalashnikov serta Aleksei Ivanovich Sudayev. Namun pada pertandingan perancangan senapan mesin/senapan otomatis ini ternyata dimenangkan Aleksei Ivanovich Sudayev dengan model PPS-43.

Meski kalah, tetapi rancangan Kalashnikov diperhatikan oleh Jendral Anatoly Arkadaevich Blagonravov, pemegang kunci dalam program persenjataan Uni Soviet dan komisaris pada “Artilleriskoi Akademi RKKA im Dzerzhinskogo”.

Pada tahun 1947, dia merancang AK-47. Dan berkat keuletannya pada tahun 1948, Kolonel Teknik Vladimir Sergeyevich, memberi selamat kepada Kalashnikov karena rancangannya berupa “Avtomat Kalashnikova” diterima menjadi senapan standar, dan pada tahun 1949, senapan serbu AK-47 (Avtomat Kalashnikova Obrazetsa) berkaliber 7,62 mm ini mulai secara luas dipakai oleh Tentara Merah. Senjata ini diproduksi secara massal antara 1948-1951, model berikutnya antara 1952-1954, lalu diterbitkan lagi model ketiga yang tetap dinamai AK-47 dan pada tahun 1959 diperkenalkan model AKM.

Senapan ini begitu populer di dunia karena mudah dioperasikan di berbagai medan tempur. Bahkan popularitas senapan rancangannya menjadi simbol-simbol perjuangan kaum ­antikemapanan, gerilyawan hingga bendera nasional seperti halnya bendera negara Mozambik, bendera Hizbullah, hingga korps Garda Revolusioner Islam Iran, meski Iran lebih banyak mengadopsi senapan buatan barat seperti Gewehr G-3. Kalashnikov sendiri mengatakan ketika membandingkan senapannya dengan senapan M-16 dengan menyebutkan bahwa senapannya memang lebih berat dibandingkan M-16 namun M-16 dianggapnya terlalu rumit sehingga sering merepotkan ketika macet digunakan, terutama M-16 versi awal (M-16A1). Karena begitu populernya sehingga ada ungkapan bahwa senapan ini sangat akrab dari kalangan kawanan bandit hingga anggota pasukan elit negara. Bahkan dikalangan pemuda pada suku-suku di Afrika, ada sebuah lagu yang sangat populer dinyanyikan pemuda dengan bahasa setempat yang bisa diartikan seperti ini, “Tanpa uang, anda bukanlah apa-apa, tanpa sebuah Kalash….” (yang dimaksud adalah senapan Kalashnikov).

Berkat jasa-jasanya tersebut, Kalashnikov dianugerahi pangkat kehormatan Mayor Jenderal pada tahun 1949 yang kemudian dinaikkan menjadi Letnan Jenderal lima tahun kemudian. Bintang penghargaan sebagai pahlawan Uni Soviet juga diperoleh juga gelar doktor kehormatan dibidang teknik.

Kalashnikov menghabiskan masa tuanya di flat sederhana di kota Izhevsk di barat Pegunungan Ural yang juga dikenal sebagai industri kendaraan bermotor. Dikota inilah dia masih mengabdikan dirinya berkarya di pabrik senjata Izmash, yang dibangun pada 1807.

Ketika ditanya oleh wartawan mengenai senapan rancangannya yang menjadi mesin pembunuh terkenal didalam konflik diberbagai belahan dunia sejak tahun 1947, dia berkata: “Aku tetap bisa tidur nyenyak. Aku merancang senapan ini untuk membela diri, bukan untuk membunuh. Kalau banyak yang terbunuh dengan senapan ini, itu kesalahan para politisi yang tak mampu mencapai kesepakatan damai dan lebih memilih jalan kekerasan untuk memecahkan masalah mereka”.

Selanjutnya dia berkata: “Pada saat merancang, jelas sekali aku membuatnya dalam suasana Perang Dunia II, ketika kita harus menghadapi musuh yang paling kuat, yakni fasis Jerman. Aku merancang senapan ini, hingga kita bisa mempertahankan batas-batas negara kita. Kalau pada waktu itu tidak adanya perang, mungkin sekali aku menjadi perancang mesin pertanian”

Namun dibalik kesuksesan rancangannya itu, senapan Kalashnikov mudah ditiru, baik dari negara-negara bekas sekutu Uni Soviet, negara-negara bekas akta Warsawa yang pada saat itu memang diberikan rancangan senapan Kalashnikov oleh Uni Soviet untuk memenuhi kebutuhan persenjataan Pakta Warsawa, maupun Kalashnikov ilegal yang dibuat bahkan oleh industri sekelas “home industry” di daerah daerah konflik seperti dikawasan perbatasan Afghanistan – Pakistan, meski mutunya dibawah kualitas senapan Kalashnikov yang asli, seperti lebih berat dari berat aslinya. Hal ini juga disesalkan oleh penciptanya, Kalashnikov yang lebih menyesalkan masalah penggandaan senapan tiruan itu untuk digunakan para kriminal dan pemberontak ­gerilyawan di berbagai negeri. Namun dia tidak menyesalkan telah menyerahkan hak ciptanya ke negara.

Dikutip dari berbagai media di internet

Jenghis Kahn

Tokoh pemersatu Mongolia ini memang salah satu tokoh besar yang pernah tercatat dalam sejarah manusia, Jenghis Khan dilahirkan dengan nama Temüjin sekitar tahun 1162 dan 1167 , anak sulung Yesügei, ketua suku Kiyad (Kiyan). Sedangkan nama keluarga dari Yesügei adalah Borjigin (Borjigid). Temujin dinamakan seperti nama ketua musuh yang ditewaskan ayahnya.

Temujin lahir di daerah pegunungan Burhan Haldun, dekat dengan sungai Onon dan Herlen. Ibu Temujin, Holun, berasal dari suku Olkhunut. Kehidupan mereka berpindah-pindah layaknya seperti penduduk Turki di Asia Tengah. Saat Berumur 9 tahun, Temujin dikirimkan keluar dari sukunya karena ia akan jodohkan kepada Borte, putri dari suku Onggirat. Ayah Temujin, Yesugei meninggal karena diracuni suku Tartar tepat pada saat ia pulang setelah mengantar Temujin ke suku Onggirat.

Temujin pun dipanggil pulang untuk menemui ayahnya. Yesugei memberi pesan kepada Temujin untuk membalaskan dendamnya dan menghancurkan suku Tartar i masa depan. Kehidupan Temujin bertambah parah setelah hak kekuasaannya sebagai penerus kepala suku direbut oleh orang lain dengan alasan umur Temujin yang masih terlalu muda. Temujin dan keluarganya diusir dari sukunya karena ia ditakuti akan merebut kembali hak kekuasaannya atas suku Borjigin. Hidup Temujin dan keluarganya sangat menderita. Dengan perbekalan makanan yang sangat terbatas, Ia dan adik-adiknya hidup dengan cara berburu. Pada saat ia menginjak remaja, kepala suku Borjigin mengirimkan pasukan untuk membunuh Temujin.

Temujin berhasil tertangkap dan ditawan oleh musuhnya, namun ia berhasil kabur dari tahanan dan dengan pertolongan dari orang-orang yang masih setia kepada Yesugei. Pada saat menginjak dewasa, Temujin berjuang dan mengumpulkan kekuatannya sendiri.

Temujin mempunyai teman baik yang juga merupakan saudara angkatnya, yang bernama Jamukha. Ia pernah berkali-kali ditolong oleh Jamukha, yang merupakan keturunan dari suku Jadaran. Bersama-sama dengan saudara angkatnya, Temujin berhasil merebut kembali hak kekuasaannya atas sukunya dan juga perserikatan Mongolia yang didirikan ayahnya dahulu. ­

Waktu demi waktu, wilayah Temujin menjadi semakin besar, yang dilakukan dengan cara menghancurkan musuh-musuhnya dan menggabungkan suku-suku dalam perserikatan Mongolia. Musuh terbesar Temujin dalam sejarah ternyata adalah saudara angkatnya sendiri, Jamukha, yang sering mengadu-domba Temujin dengan suku-suku lainnya, termasuk ayah angkat Temujin sendiri yang bernama Wang Khan. Setelah Temujin berhasil menyisihkan musuh-musuhnya dan melaksanakan perintah almarhum ayahnya, Yesugei, ia kemudian juga berhasil membalaskan kematian nenek-moyangnya, yang dibunuh oleh kerajaan Jin. Temujin kemudian diangkat menjadi Khan dengan gelar Jenghis Khan; yang artinya Khan dari Segala-galanya.

Nenek-moyang Dinasti Jin, kerajaan Jin berasal dari suku Jurchen. Suku Jurchen berhasil menguasai wilayah utara China selama lebih dari 100 tahun. Hal ini akan menjadi kesulitan besar untuk Jenghis Khan dalam menunaikan tugasnya. Kerajaan Jin memiliki jumlah pasukan yang hampir mendekati jutaan jiwa (lebih dari 10 kali lipat dari pasukan Jenghis Khan pada waktu itu). Mereka hidup aman dibalik tembok kerajaan yang besar dan susah untuk diserang. Jenghis Khan berhasil meruntuhkan semangat perang dan kekuataan kerajaan Jin dalam berbagai peperangan. Salah satunya adalah perang di Tebing Serigala Liar, dimana Jenghis Khan yang hanya memiliki pasukan tidak lebih dari 100.000 tentara berhasil membabat pasukan musuh yang besarnya lebih dari setengah juta jiwa. Kejayaan Jenghis Khan terbukti dari keberhasilannya dalam merebut ibukota kerajaan Jin, Khanbaliq Dadu, yang sekarang ini menjadi Beijing. Para seniman (artis), ahli senjata (terutama ahli senjata berat/siege weapon), dan barang berharga, semuanya dibawa kembali ke Mongolia sebagai budak dan rampasan perang .

Sejarah mencatat invasi yang dipimpin oleh Jenghis Khan sendiri dengan ratusan ribu tentara terpilih ke kerajaan Khawarizmi yang pada waktu itu menguasai seluruh wilayah Timur Tengah diawali dengan pedagang Mongolia yang dibunuh dan harta mereka dirampas oleh panglima Khawarizmi yang serakah. Keserakahan itu membawa bencana bagi bangsanya. Jenghis Khan berhasil menawan dan menghukum mati panglima tersebut dengan cara menuangkan logam panas ke matanya. Kerajaan Khawarizmi menderita kerugian yang tidak terhitung. Amarah Jenghis Khan bertambah setelah cucu kesayangannya terbunuh. Populasi rakyat Timur Tengah berkurang hingga 1/10, dan wilayah Mongolia pun bertambah luas sampai kebagian barat benua Asia .

Sejarah pernah mencatat bahwa pada saat Jenghis Khan mundur kembali ke Mongolia, ia sempat memerintahkan dua jendral terbaiknya, Jebe dan Subotai_Baatur Subotai Baatur untuk menyelidiki daerah barat dan membasmi sisa musuh sampai ke wilayah Russia. Jebe dan Subotai pernah menginjak daratan Eropa pada saat itu, dan mengalami konfrontasi dan menghancurkan pasukan Salib yang hendak menyerang wilayah Jazirah Arab. Sumber konfrontasi itu diperkirakan terjadi karena pasukan Salib dari Eropa mengira pasukan Mongol adalah pasukan Arab. Wilayah Timur Tengah kemudian dibagi-bagi dan dikuasai oleh putra-putra Jenghis Khan.

Jenghis Khan yang sudah berumur tua dipaksa untuk memimpin pasukan untuk menghancurkan kerajaan Abbasiyah untuk kesekian kalinya, namun ketidak-cakapan para pasukan dan seringnya melakukan mabuk-mabukan memperlemah pasukan militernya. Ia meninggal dalam perjalanan dan dirahasiakan oleh panglima-panglima setianya sampai musuh berhasil ditaklukan. Kuburan Jenghis Khan dirahasiakan agar tidak dirusak oleh orang lain. Kekuasaan Mongol diwariskan kepada putra ketiganya, Ogodai Khan. Alasan Jenghis Khan menunjuk putra ketiganya untuk meneruskan tahta warisnya, disebabkan oleh keahlian yang dimiliki Ogodai Khan dalam bernegoisasi, memimpin negara dan sifatnya yang tidak sombong (tidak seperti kedua kakaknya yang sering bertempur satu sama lain).

dikutip dari berbagai media di internet

Che Guevara

Mungkin kalian semua sering mendengar nama Che Guevara, wajahnya banyak terpampang diposter-poster dinding sampai stiker-stiker di sepeda motor. Namun siapa dan mengapa tokoh Che Guevara begitu terkenal, tidak semua orang tahu kan??

Che Guevara

Sejak usia dua tahun Che Guevara mengidap asma yang diderita sepanjang hidupnya. Karena itu keluarganya pindah ke daerah yang lebih kering, yaitu daerah Alta Gracia (Córdoba) namun kesehatannya tidak membaik. Pendidikan dasar ia dapatkan di rumah sebagian dari ibunya, Celia de la Serna. Pada usianya yang begitu muda, Che Guevara telah menjadi seorang pembaca yang lahap. Ia rajin membaca literatur tentang Karl_Marx, Engels dan Sigmund Freud yang ada di perpustakaan ayahnya. Memasuki sekolah menegah pertama tahun 1941 di Colegio Nacional Deán Funes (Córdoba). Di sekolah ini dia menjadi yang terbaik di bidang sastra dan olahraga. Di rumahnya, Che Guevara tergerak hatinya oleh para pengungsi perang saudara Spanyol, juga oleh rentetan krisis politik yang parah di Argentina. Krisis ini memuncak di bawah pemerintahan diktator fasis kiri, Juan Peron, seorang yang ditentang Guevara. Berbagai peristiwa tertanam kuat dalam diri Guevara, ia melihat sebuah penghinaan dalam pantomim yang dilakonkan di Parlemen dengan demokrasinya. Maka muncul pulalah kebenciannya akan politisi militer beserta kaum kapitalis dan terutama kepada dolar Amerika Serikat, yang dianggap sebagai lambang Kapitalisme. Meski demikian dia sama sekali tidak ikut dalam gerakan pelajar revolusioner. Ia hanya menunjukkan sedikit minat dalam bidang politik di Universitas Buenos Aires (1947), tempat ia belajar ilmu kedokteran. Pada awalnya ia hanya tertarik memperdalam penyakitnya sendiri, namun kemudian dia tertarik pada penyakit kusta.

Pada tahun 1949 ia memulai perjalanan panjangnya yang pertama, menjelajahi Argentina Utara hanya dengan bersepeda motor. Itulah untuk pertama kalinya ia bersentuhan langsung dengan orang miskin dan sisa suku Indian. Selanjutnya pada tahun 1951 setelah menempuh ujian-ujian pertengahan semester Che mengadakan perjalanan yang lebih panjang didampingi dengan seorang teman dan untuk nafkah hidupnya dia bekerja sebagai pekerja paruh waktu. Ia mengunjungi Amerika Selatan, Chili dimana dia bertemu Salvador Allende, dan di Peru ia bekerja sama selama beberapa minggu di Leprasorium San Pablo, di Kolombia ia tiba pada saat La Violencia, di Venezuela ia ditangkap tetapi dilepaskan kembali, kemudian ia juga mengunjungi Miami. Che Guevara mengisahkan perjalanannya dalam buku harian yang kemudian diterbitkan dalam sebuah buku dengan judul Buku Harian Sepeda Motor “The Motorcycle Diaries”, yang diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris pada 1996 dan kemudian difilmkan dengan judul yang sama pada 2004.

Ia kembali ke daerah asalnya dengan sebuah keyakinan bulat atas satu hal bahwa ia tidak mau menjadi profesional kelas menengah dikarenakan keahliannya sebagai seorang spesialis kulit. Kemudian pada masa revolusi nasional ia pergi ke La Paz, Bolivia di sana ia dituduh sebagai seorang oportunis. Dari situ ia melanjutkan perjalanan ke Guatemala dan mencukupi kebutuhan hidupnya dengan menulis artikel arkeologi tentang reruntuhan Indian dan Inca. Guatemala saat itu diperintah oleh Presiden Jacobo Arbenz Guzman yang seorang sosialis. Meskipun Che telah menjadi penganut paham marxisme dan ahli sosial Lenin ia tak mau bergabung dalam Partai Komunis. Hal ini mengakibatkan hilangnya kesempatan baginya untuk menjadi tenaga medis pemerintah, oleh karena itu ia menjadi miskin. Ia tinggal bersama Hilda Gadea, penganut paham Marxis keturunan Indian lulusan pendidikan politik. Orang inilah yang memperkenalkannya kepada Nico Lopez, salah satu Letnan Fidel Castro. Di Guatemala dia melihat kerja agen CIA sebagai agen kontrarevolusi dan semakin yakin bahwa revolusi hanya dapat dilakukan dengan jaminan persenjataan. Ketika Presiden Arbenz turun jabatan, Guevara pindah ke Kota Mexico 1954 dan bekerja di Rumah Sakit Umum, diikuti Hilda Gadea dan Nico Lopez. Guevara bertemu dan kagum pada Raúl Castro dan Fidel Castro juga para emigran politik dan ia menyadari bahwa Fidel-lah pemimpin yang ia cari.

Ia bergabung dengan pengikut Castro di rumah-rumah petani tempat para pejuang revolusi Kuba dilatih perang gerilya secara keras dan profesional oleh kapten tentara Republik Spanyol Alberto Bayo , seorang pengarang “Ciento cincuenta preguntas a un guerilleo” (Seratus lima puluh pertanyaan kepada seorang gerilyawan) di Havana, tahun 1959. Bayo tidak hanya mengajarkan pengalaman pribadinya tetapi juga ajaran Mao Ze Dong dan Che (dalam bahasa Italia berarti teman sekamar dan teman dekat) menjadi murid kesayangannya dan menjadi pemimpin di kelas. Latihan perang di tanah pertanian membuat polisi setempat curiga dan Che beserta orang-orang Kuba tersebut ditangkap namun dilepaskan sebulan kemudian.

Pada bulan Juni 1956 ketika mereka menyerbu Kuba , Che pergi bersama mereka, pada awalnya sebagai dokter namun kemudian sebagai komandan tentara revolusioner Barbutos. Ia yang paling agresif dan pandai dan paling berhasil dari semua pemimpin gerilya dan yang paling bersungguh-sungguh memberikan ajaran Lenin kepada anak buahnya. Ia juga seorang yang berdisiplin kejam yang tidak sungkan-sungkan menembak orang yang ceroboh dan di arena inilah ia mendapatkan reputasi atas kekejamannya yang berdarah dingin dalam eksekusi massa pendukung fanatik presiden yang terguling Batista. Pada saat revolusi dimenangkan, Guevara merupakan orang kedua setelah Fidel Castro dalam pemerintahan baru Kuba dan yang bertanggung jawab menggiring Castro ke dalam komunisme yang menuju komunisme merdeka bukan komunisme Moskwa yang dianut beberapa teman kuliahnya ­

Castro (kiri) dan Guevara (kanan)

Mengorganisasi dan memimpin “Instituto Nacional de la forma Agraria”, yang menyusun hukum agraria yang isinya menyita tanah-tanah milik kaum feodal (tuan tanah), mendirikan Departemen Industri dan ditunjuk sebagai Presiden Bank Nasional Kuba dan menggusur orang orang komunis dari pemerintahan serta pos-pos strategis. Ia bertindak keras melawan dua ekonom Perancis yang beraliran Marxis yang dimintai nasehatnya oleh Fidel Castro dan yang menginginkan Che bertindak lebih perlahan. Che pula yang melawan para penasihat Uni Soviet. Dia mengantarkan perekonomian Kuba begitu cepat ke komunisme total, menggandakan panen dan mendiversifikasikan produksi yang ia hancurkan secara temporer.

Che dan Aleida March

Pada tahun 1959, Guevara menikahi Aleida March, kemudian berdua mengunjungi Mesir, India, Jepang, Indonesia yang juga hadir pada Konfrensi Asia Afrika, Pakistan dan Yugoslavia. Sekembalinya ke Kuba ia diangkat sebagai Menteri Perindustrian, menandatangani pakta perdagangan ( Februari 1960 ) dengan Uni Soviet yang melepaskan industri gula Kuba pada ketergantungan pasar Amerika. Ini merupakan isyarat akan kegagalannya di Kongo dan Bolivia sebuah aksioma akan sebuah kekeliruan yang tak akan terelakkan. “Tidaklah penting menunggu sampai kondisi yang memungkinkan sebuah revolusi terwujud sebab fokus instruksional dapat mewujudkannya” ucapnya dan dengan ajaran Mao Ze Dong ia percaya bahwa daerah daerah pasti membawa revolusi ke kota yang sebagian besar penduduknya adalah petani. Juga pada saat ini ia menyebarkan filosofi komunisnya (diterbitkan kemudian dalam “The Socialism and Man in Cuba”, 12 Maret 1965). Ia meringkas pahamnya menjadi “Manusia dapat sungguh mencapai tingkat kemanusiaan yang sempurna ketika berproduksi tanpa dipaksa oleh kebutuhan fisiknya sehingga ia harus menjual dirinya sebagai barang dagangan”.

Penentangan resminya terhadap komunis Uni Soviet tampak ketika dalam organisasi untuk Solidaritas Asia Afrika di Aljazair (Februari 1965) menuduh Uni Soviet sebagai kaki tangan imperialisme dengan berdagang tak hanya dengan negara-negara blok komunis dan memberikan bantuan pada negara berkembang sosialis atas pertimbangan pengembaliannya. Ia juga menyerang pemerintahan Soviet atas kebijakan hidup bertetangga dan juga atas Revisionisme. Guevara mengadakan konferensi Tiga Benua untuk merealisasikan program revolusioner, pemberontakan, kerjasama gerilya dari Afrika, Asia dan Amerika Selatan. Di samping itu setelah terpaksa berhubungan dengan Amerika Serikat, ia sebagai perwakilan Kuba diPBB menyerang negara-negara Amerika Utara atas keserakahan mereka dan imperialisme yang kejam di Amerika Latin.

Sikap Che yang tidak kenal kompromi pada dua negara kapitalis mendorong negara komunis untuk memaksa Castro memberhentikan Che (1965), bukan secara resmi tetapi secara nyata. Untuk beberapa bulan tempat tinggalnya dirahasiakan dan kematiannya santer diisukan. Ia berada di berbagai Negara Afrika terutama Kongo di mana dia mengadakan survei akan kemungkinan mengubah pemberontakan Kinshasa menjadi sebuah revolusi komunis dengan taktik gerilya Kuba. Ia kembali ke Kuba untuk melatih para sukarelawan untuk proyek ini dan mengirim kekuatan 120 orang Kuba ke Kongo. Anak buahnya bertempur dengan sungguh-sungguh tetapi tidak demikian halnya dengan para pemberontak Kinshasa. Mereka sia-sia saja melawan kekejaman Belgia dan ketika musim gugur 1965 Che meminta Castro untuk menarik mundur saja bantuan Kuba.

Petualangan revolusioner terakhir Che adalah di Bolivia, karena ia salah memperkirakan potensi negara itu yang mengakibatkan konsekuensi yang buruk. Tertangkapnya Che oleh tentara Bolivia pada 8 Oktober 1967 adalah akhir dari segala usahanya dan hukuman tembak dijatuhkan sehari setelah itu.

Pada tanggal 12 Juli 1997 jenazahnya dikuburkan kembali dengan upacara kemiliteran di Santa Clara, di provinsi Las Villas, di mana Guevara mengalami kemenangan dalam pertempuran ketika revolusi Kuba.

Che manjadi legenda. Ia dikenang karena keganasannya, penampilannya yang romantis, gayanya yang menarik, sikapnya yang tak kenal kompromi dan penolakan atas penghormatan berlebihan atas semua reformasi murni dan pengabdiannya untuk kekejaman dan sikapnya yang flamboyan. Ia juga idola para pejuang revolusi dan bahkan kaum muda generasi tahun 1960-1970 atas tindakan revolusi yang berani yang tampak oleh jutaan orang muda sebagai satu-satunya harapan dalam perombakan lingkup borjuis kapitalisme, industri dan komunisme.

Dikutip dari berbagai media di internet terutama wikipedia.